Sabtu, 01 Mei 2010

DETEKSI DINI PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan (skill) fungsi organ atau individu.kedua proses ini terjadi secara sinkron pad setiap individu.

CIRI KHAS ANAK
1. Tumbuh
2. Tumbuh kembang
3. Berkembang

TUMBUH KEMBANG
Anak dapat tumbuh kembang melalui tahapan yang sesuai stimulasi,deteksi,dan intervensi.

1. MENGAPA DETEKSI DINI PERLU
a. Kualitas generasi penerus tergantung kialitas tumbuh kembang anak,terutama balita ( 0-3 tahun) merupakan masa perkembangan anak.
b. Penyimpangan tumbuh kembang harus dideteksi ( ditemukan )sejak dini,terutama sebelum berumur 3 tahun,supaya dapat segera diintervensi ( diperbaiki).
c. Bila deteksi terlambat,maka penanganan terlambat penyimpangan sukar diperbaiki.
d. Presiden RI 31 juli 2005 mencanangkan:Gerakan nasional pemantauan tumbuh kembang anak.
e. Wewenang bidan:Kepmenkes no 900/2002:Tentang registrasi dan praktik bidan.Bab V ps 16 dan 20.lam III :pemantauan deteksi/intervensi dini tumbuh kembang.

2. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG MENCAKUP
a. Aspek pertumbuhan
1. Timbang berat badannya(BB).
2. Ukuran tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya (LK).
3. Lihat garis pertambahan BB.TB,dan LK pada grafik.
b. Tanyakan Perkembangan
1. Tanyakan perkembangan anak dengan KPSP ( Kuesioner pra skrining perkembangan).
2. Tanyakan daya pendengarannya dengan TDD ( Tes daya dengar),penglihatan dengan TDL (Tes daya lihat).
c. Aspek Mental Emosional.
1. KMEE (Kuesioner masalah mental emisional).
2. CHAT (Check List for Autism Toddles :Leklis Deteksi Dini Autis).
3. GPPH ( Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas).

Jadwal dan jenis deteksi dini tumbuh kembang dapat berubah sewaktu-waktu yaitu pada :
a. Kasus rujukan
b. Ada kecurigaan anak mempunyai penyimpangan tumbuh
c. Ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang

DETEKSI DINI PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG

1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan ( BB/TB )
1) Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak apakah normal, kurus, kurus sekali atau gemuk
2) Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih
3) Pengukuran BB :
a. Menggunakan timbangan bayi
1. Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk tenang
2. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang
3. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka nol
4. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaos kaki dan sarung tangan
5. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan
6. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
8. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri

b. Menggunakan timbangan injak
1. Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak
2. Lihat posisi jarum atau angka menunjuk angka nol
3. Anak sbaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu
4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
7. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri

4) Pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)
a. Cara mengukur dengan posisi berbaring
1. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
2. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar
3. Kepala bayi menempel pada pembatas angka nol
4. Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka nol ( pembatas kepala)
5. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki
6. Petugas 2 : membaca angka di tepi luar pengukur
b. Cara mengukur dengan posisi berdiri
1. Anak tidak memakai sandal atau sepatu
2. Berdiri tegak menghadap ke depan
3. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
4. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun
5. Baca angka pada batas tersebut
c. Penggunaan table BB/TB (direktorat gizi masyarakat,2002)
1. Ukur tinggi atau panjang dan timbang berat badan anak, sesuai dengan cara di atas
2. Lihat kolom tinggi atau panjang badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran
3. Pilih kolom berat badan untuk laki-laki ( kiri ) atau perempuan ( kanan ) sesuai jenis kelamin anak, cri angka berat badan yang terdekat dengan berat badan ank
4. Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD )

b. Pengukuran lingkar kepala
1. Tujuan pengukuran
Untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal
2. Jadwal pengukuran
Disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap 3 bulan. Pada ank yang lebih besar, umur 12-27 bulan, pengukuran dilakukan setiap 6 bulan. Pengukuran dan penilaian kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih

3. Cara mengukur lingkar kepala
a. Pengukuran dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang
b. Baca angka pada pertemuan dngan angka nol
c. Tanyakan tanggal lahir bayi/ anak, hitung umur bayi atau anak
d. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin anak
e. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang
4. Interpretasi
a. Bila ukuran lingkar kepala anak berada di dalam jalur hijau maka lingkar kepala ank normal
b. Bila ukuran lingkar kepala anak berada di luar jalur hijau, maka lingkar kepala ank tidak normal
c. Lingkar kepala anak yang tidak normal dibedakan menjadi 2: makrosepal, bila berada di atas jalur hijau dan mikrosepal, bila berada dibawah jalur hijau
5. Intervensi
Bila ditemukan makrosepal maupun mikrosepal segera dirujuk ke Rumah Sakit

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan
a. Skrining perkembangan anak menggunakan kuisoner pra skrining perkembangan (KPSP)
1. Tujuan: untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan
2. Jadwal skrining : umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu dating kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
3. Skrining dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih.
4. Alat yang digunakan adalah
a) Formulir KPSP menurut umur. Formuir ini berisi 9- 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0- 72 bulan.
b) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kericingan, kubus berukuran 2, 5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0, 5 - 1 cm
5. Cara menggunakan KPSP
a) Pada waktu pemeriksaan anak harus dibawa.
b) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
c) Setelah menentukan umur anak, pilih pilih KPSP yang sesuai umur anak .
d) KPSP terdiri atas 2 macam pertanyaan, yaitu:
1) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak.
2) Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
e) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu- ragu atau takut menjawab oleh karena itu tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan satu- persatu. Setiap pertanyaan hanya satu jawaban ya atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
f) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/ pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu.
g) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
6. Interpretasi hasil KPSP
a) Hitung berapa jumlah jawaban “ya”.
1) Jawaban “ya”, bila ibu atau pengasuh anak menjawab: anak bisa atau anak pernah atau anak sering atau kadang- kadang.
2) Jawaban “tidak”, bila ibu/ pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/ pengasuh anak tidak tahu.
b) Jumlah jawaban “ya”= 9 atau 10, perkembangan anak sesuai tahap perkembangannya (S).
c) Jumlah jawaban “ya”= 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
d) Jumlah jawaban “ya”=6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpanan (P).
e) Untuk jawaban “tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “tidak” menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
7. Intervensi
a) Bila perkembangan anakk sesuai umur atau (S), lakukan tindakan sebagai berikut:
1) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
2) Teruskan pola asuh anak sesuai tahap perkembangan anak.
3) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
4) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur sebulan sekali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita. Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36- 72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di PAUD, kelompok bermain dan TK
5) Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setap 3 bulan pada berumur kurang dari umur 24 bulan dan setiap 6 bulan pada umur 24 bulan sampai 72 bulan.
b) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
1) Beri petunjuk kepada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
2) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpanan/ mengejar ketinggalannya.
3) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan/ mengejar ketinggalannya.
4) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.
5) Lakukan penilaian ulanh KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
6) Jika hasil KPSP ulang jawabannya “ya” tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpanga (P).
c) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan sbb:
Rujuk ke RS, dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemanidirian)




b. Tes daya dengar (TDD)
1. Tujuan: untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
2. Jadwal: setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD, dan petugas terlatih lainnya.
3. Alat yang diperlukan
1) Instrument TDD menurut umur anak
2) Gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia
3) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, dan bola)
4. Cara melakukan TDD: tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan, pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak
a) Pada anahk umur kurang dari 24 bulan:
1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/ pengasuh anak. Tidak usah ragu- ragu atau takut menjawab karena tidak untuk mencari siapa yang salah.
2) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu dan berurutan.
3) Tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak.
4) Jawaban “ya” jika menurut orang tua/ pengasuh, anak dapat melakukannya dalam 1 bulan terakhir.
b) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
1) Pertanyaan- pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/ pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
2) Amati kemampuan aank dalam melakukan perintah orang tuan atau pengasuh.
3) Jawaban “ya” jika anak dapat melakukan perintah orang tua/ pengasuh.
4) Jawaban ‘tidak” jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah orang tua/ pengasuh.
5) Interpretasi
(a) Bila ada satu atau lebih jawaban “tidak”, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran.
(b) Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/ balita/ status/ catatan medic anak jenis kelainan
6) Intervensi:
(a) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada
(b) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi

c. Tes daya lihat (TDL)
1. Tujuan: untuk mendeteksi secara dini kelainan dapat dilihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
2. Jadwal: dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36- 72 bulan. Tes ini oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih.
3. Alat yang diperlukan:
a. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Dua buah kursi , satu untuk anak, satu untuk pemeriksa.
c. Poster “E” untuk digantung dari kartu “E” untuk dipegang anak.
d. Alat penunjuk
4. Cara melakukan tes daya lihat
a. Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
c. Letakkan sebuat kursi sejau 3 meter dari poster “E” mengahap ke poster “E”.
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa.
e. Pemeriksa memerikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartu E menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa, beri pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E” dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/ kertas
g. Denga alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster satu- persatu mulai garis pertama sampai garis ke empat atau garis “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
h. Uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
i. Ulangali pemeriksaan tersebut pad amata satunya dengan cara yang sama.
j. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat pada kertas yang telah disediakan .
Mata kanan:………………………… mata kiri:……………………..
5. Interpretasi
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan sampai baris ke-3 pada poster “E” bila kedua mata anak tidak dapat melihat garis ke-3 poster “E” artinya tidak dapat mencocokan arah kartu “E” yang dipegangnya dengan arah “E” pada baris ke-3 yang ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
6. Intervensi
Bila kemungkinan mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama atau tidak dapat melihat garis yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke RS dengan menuliskan mata yang yang mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).

3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak,agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.
Alat yang digunakan untuk mendeteksi yaitu:
a) Kuesioner masalah mental emosional (KMME) Bagi anak umur 36 bulan-72 bulan
b) Ceklis autis anak pra sekolah (Checklist for Autism in Toddlers CHAT) bagi anak umur 18-36 bulan
c) Folmulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatiaan dan Hiperaktivitas (GPPH) M enggunakan Abreviated Conner Ratting Scale Bagi ank umur 36 bulan keatas.

a. Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah
1) Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau masalah mental emosional pada anak prasekolah
2) Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36-72 bulan.Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau pemeriksaan perkembangan anak.
3) Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak umur 36-72 bulan.
4) Cara melakukan:
 Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat,jelas dan nyaring satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME Kepada orang tua atau pengasuh anak.
 Catat jawaban “Ya”,Kemudian hitung jumlah jawaban “YA”
5) Interpretasi
Bila ada jawaban “YA”,Maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional.
6) Intervensi
 Bila jawaban “ya” hanya 1 :
1. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh yang memdukung Perkembangan Anak
2. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.
 Bila jawaban “ya” ditemukan 2 atau lebih :
Rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan.

b. Deteksi Dini Autism pada anak pra sekolah
1) Tujuanya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autism pada anak umur 18-36 bulan
2) Jadwal deteksi dini autism pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengolah TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berubah berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
a) Keterlambatan bicara
b) Gangguan komunikasi atau interaksi sosial
c) Perilaku yang berulang-ulang.
3) Alat yang digunakan adalah CHAT.CHAT ini ada dua jenis pertanyaan, yaitu :
a) Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua pengasuh anak.
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu.Jelaskan kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b) Ada 5 pertanyaan bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT
4) Cara menggunakan CHAT
a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.
b) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas CHAT.
c) Catat jawaban orang tua atau pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan kemampuan anak, ya atau tidak.Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
5) Interpretasi
a. Resiko tinggi menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A5, A7, B2, B3 dan B4.
b. Resiko rendah menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A7 dan B4.
c. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban “tidak” jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6, A8, A9, B1 dan B5.
d. Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1,2,dan 3.


6) Intervensi
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.

c. Deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) pada anak prasekolah .
1) Tujuanya adalah untuk mengetahui secara dini pada anak adanya GPPH pada anak umur 36 bulan ke atas
2) Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK.Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawahini :
• Anak tidak bisa duduk tenang
• Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
• Perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsif
3) Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH formulir ini terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atau guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
4) Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
• Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orang tua atau pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
• Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH.
• Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak berada, misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dan lain-lain.Setiap saat dan ketika anak denngan siapa saja.
• Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
5) Interpretasi
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai brikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total.
• Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
• Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
• Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
• Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nila total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH
6) Intervensi
a. anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
b. bila nilai total kurang dari 1 tetapi Anda ragu- ragu jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. ajukan pertanyaan kepada orang- orang terdekat dengan anak

Depkes RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.
Meilani, Niken. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar