Sabtu, 01 Mei 2010
VASEKTOMI
Profil
- Sangat efektif
- Tidak adaa efek samping jangka panjang
- Tindak bedah yang aman dan sederhana
- Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan
- Konseling dan informed consent mutlak diperlukan
Batasan
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentika kapasitas reproduksi pri a dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alat transportasi sperma terlambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
Indikasi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilisasi dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi
- Infeksi kulit pada daerah operasi
- Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
- Hidrokel atau varikokel yang besar
- Hernia ingunginalis
- Filariasis
- Undesensus testikularis
- Masa intraskrotalis
- Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia
Konseling, informasi , dan persetujuan tindakan medis
- Klien harus diberi informasi bahwa prosedur vasektomi tidak mengganggu hormone pria atau menyebabkan perubahan kemampuan atau kepuasan seksual.
- Setelah prosedur vasektomi, gunakan salah satu kontrasepsi terpilih hingga spermatozoa yang tersisa dalam vesikula seminalis telah dikeluarkan seluruhnya. Secara empiric, sperma analisis akan mengunjukan hasil negative setelah 15 – 20 kali ejakulasi.
Informasi bagi klien
- Pertahankan bend aid selama 3 hari
- Luka sedang dalam penyembuhan jangan ditarik- tarik atau digarik.
- Boleh mandi setelah 24 jam asal daerah luka tidak basah.
- Setelah 3 hari luka boleh dicuci dengan sabun dan air
- Pakaiaan penunjang scrotum, usahakan daerah operasi kering.
- Jika ada nyeri, berikan 1- 2 tablet analgetik seperti parasetamol atau ibuprofen setiap 4 – 5 jam.
- Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3 hari.
- Boleh bersenggama sesudah hari kedua dan ketiga.
- Namun untuk mencegah kehamilan pakailah kondom/ cara kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15 – 20 kali.
Penilaian klinik
Riwayat sosiomedik yang perlu diketahui dari seorang aseptor vasektomi meliputi hal – hal berikut:
- Riwayat operasi/ trauma pada region skotalis/ inguinalis
- Riwayat disfungsi sexsual termasuk impotensi.
- Kondisi area skrotalis ( ketebalan kulit,parut/infeksi.
- Temuan berupa undesenssus testikularis, hidrokel/varikokel, masa intraskotalis atau hernia inguinalis
- Riwayat alergi.
- Adanya proteinuria atau DM.
Temoat pelayanan dan petugas pelaksana Vasektomi Tanpa Pisau
Tim medis VTP merupakan petugas kesehatan yang dilatih secara khusus untuk melakukan prosedur Vasektomi. Di Indonesia, puskesmas yang memiliki tim medis VTP merupakan fasilitas kesehatan terdepan yang dapat memberikan pelayanan kontrasepsi khusus ini . Walaupun prosedur VTP merupakan tindakan bedah minor, ketersediaan peralatan dan medikamentosa untuk tindakan gawat darurat merupakan syarat mutlak pelayanan. Askes ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan juga harus tersedia setiap saat.
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat setelah tindakan. Komplikasi selama prosedur dapat berupa komplikasi akibat reaksi anafilaksis yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadap anyaman pembuluh disekitar Vasa deferesial.
Komplikasi paska tindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi/ abses pada testis, atrofi testisndan epididimitis kongestif/ peradangan kronik granuloma di tempat insisi. Penyulit jangka panjang yang dapat mengganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi adalah terjadinya antibody sperma.
PELAKSANAAN PELAYANAN VASEKTOMI
Tempat pelayanan vasektomi
Vasektomi dapat dilakukan di fasilitas kesehatan umum yang mempunyai ruang tindakan untuk bedah minor. Ruang yang dipilih sebaiknya tidak di bagain yang sibuk/ banyak orang yang lalu lalang. Ruang tersebut sebaiknya:
- Mendapat penerangan yang cukup
- Lantainya tersebut dari semen atau keramik agar mudah dibersihkan, bebas debu dan serangga.
- Sedapat mungkin dilengkapi dengan alat pengatur suhu ruangan/ air condition. Bila tidak memungkinkan, ventilasi ruangan harus sebaik mungkin dan apabila jendela dibuka, tirai harus terpasang baik dan kuat.
Untuk mencuci tangan sebainya disediakan air bersih yang mengalir dan jumlahnya cukup. Tangki air harus bersih yang mengalir,dekat dengan tempat cuci tangan, dan tertutup baik sedangkan tempat pembuangan limbah harus rapat dan bebas dari kebocoran.
Persiapan klien
- Klien sebaiknya mandi serta menggunakan pakaiaa yang bersih dan longgar sebelum mengunjungi klinik. Bila klien tidak cukup waktu untuk mandi, klien dianjurkan untuk membersihkan daerah scrotum dan inguinal sebelum masuk ke ruang tindakan.
- Klien dianjurkan untuk membawa celana khusus untuk menyangga scrotum.
- Rambut pubis cukup digunting pendek bila menutupi daerah operasi. Waktu yang paling baik untuk menggunting adalah sesaat sebelum tindakan dilakukan agar resiko infeksi ditekan serendah mungkin.
- Cuci/ bersihkan daerah operasi dengan sabun dan air kemudiaan ulangi sekali lagi dengan larutam antiseptic atau langsung diberi antiseptic (providon iodine)
- Bila dipergunakan larutan providon iodine seperti betadin, tunggu 1 atau 2 menit hingga jodium bebas yang terlepas dapat membunuh mikroorganisme.
Kelengkapan untuk klien dan petugas
- Klien dapat menggunkan pakaiaan sendiri asal terjamin kebersihannya
- Operator dan petugas tidak harus menggunakan topi bedah, masker atau baju operasi.
Pencegahan infeksi
Sebelum tindakan
- Cuci dan gosok skrotum, penis dan daerah pubis denga sabun dan bilas dengan air yang bersih. Setelah itu, oleskan cairan antiseptic pada daerah operasi.
- Operator mencuci tangan dengan larutan antiseptic dan membilasnya dengan air yang bersih.
Selama tindakan
- Gunkan instrument yang telah di strerilisasi, termasuk sarung tangan dan kain penutup
- Lakukan dengan tingkat ketrampilan yang tinggi sehingga sehingga akan sangat mengurangi resiko perdarahan dan infeksi.
Setelah tindakan
- Sementara masih menggunakan sarungtangan operator, membuang bahan- bahan yang terkontaminasi kedalam wadah atau kantong plastic yang tertutup rapat.
- Lakukan tindaan dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5% pada instrument atau alat yang digunakan lagi, baik sementara dalam ruangan tindakan maupun sebelum dilakukan pencucian.
- Lakukan dekontaminasi pada meja operasi, meja instrument, lampu dan benda/ perlengkapan lain yang mungkin terkontaminasi selama tindakan berlangsung.
- Ikuti penunjuk dalam bab lain yang membahas mengenai pencucian dan penanganan instrume, sarung tangan, kain penutup, dan jarum suntik yang sudah dipakai.
- Cuci tangan setelah melepas sarung tangan.
Medikasi prebedah dan anestesi
Pada umumnya tidak memerlukan medikasi prabedah tetapi apabila klien tampak sangat gelisah, segera ditentukan penyebab kegelisahan tersebut. Pada umumnya dengan konseling yang baikhal tersebut bisa diatasi, tetapi bila tidak diketahui penyebab secara pasti, klien dapat diberi diazepam 5- 10 mg per oral, 30- 45 menit sebelum operasi.
TEKNIK VASEKTOMI STANDAR
Ada beberapa langkah yaitu sebagai berikut:
- Celana dibuka dan baringkan pasien terlentang
- Daerah kulit skrotum ,penis,supra pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan iodofor (Betadine) 0,75% atau larutan klorheksidin (Hibiscrub) 4%.
- Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.
- Tepat di alinea mediana di atas vas deferens,kulit skrotum diberi anastesi local (Prokain atau Xilokain 1%) 0,5ml,lalu jarum diteruskan masuk dan didaerah distal proksimal vas deferens dideponir lagi masing-masing 0,5ml.
- Kulit skrotum diiris longitudinal 1 sampai 2 cm,tepat diatas vas deferens yang telah ditonjolkan kepermukaan kulit.
- Setelah kulit dibuka ,vas deferens dipegang dengan klem,disiangi tampak vas deferens mengkilat seperti mutiara,perdarahan dirawat dengan cermat.sebaiknya ditambah lagi obat anastesi kedalam fasia disayat longitudinal sepanjang 0,5 cm.
- Jepitlah vas deferens dengan klem pada dua tempat dengan jarak 1-2 cm dan ikat dengan benang kedua ujungnya. Setelah diikat jangan dipotong dulu. Tariklah benang yang mengikat kedua ujung vas deferens tersebut untuk melihat kalau ada perdarahan yang tersembunyi. Jepitan hanya pada titik perdarahan, jangan terlalu banyak, karena dapat menjepit pembuluh darah lain seperti arteri testikularis atau deferensialis yang berakibat kematian testis itu sendiri.
- Potonglah diantara dua iktan tersebut sepanjang 1 cm. Gunakan benang sutera no.00,0, atau 1 untuk mengikat vas tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi juga jangn terlalu keras karena dapat memotong vas deferens
- Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan adalah dengan melakukan interposisi fasia vas deferens, yakni menjahit kembali fasia yang terluka sedemikian rupa, vas deferens bagian distal(sebelah ureteral dibenangkan dalam fasia dan vas deferens bagian proksimal sebelah testis) terletak diluar fasia.
- Lakukanlah tindakan diatas (langkah 6-9) untuk vas deferens kanan dan kiri yang setelah selesai, tutuplah kulit dengan 1-2 jahitan plain catgut No.000 kemudian rawat luka operasi sebagaimana mestinya, tutup dengan kasa steril dan diplester.
TEKNIK VASEKTOMI TANPA PISAU
- Langkah 1. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang.
- Langkah 2. Rambut di daerah skrotum dicukur sampai bersih.
- Langkah 3. Penis diplester ke dinding perut.
- Langkah 4. Daerah kulit skrotum ,penis,supra pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan iodofor (Betadine) atau larutan klorheksidin (Hibis crub)4%.
- Langkah 5. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum yang ditonjolkan keluar.
- Langkah 6. Tepat di linea mediana di atas vas deferens,kulit skrotum diberi anastesi local (Prokain atau Novokain atau Xilokain 1%) 0,5 ml,lalu jarum diteruskan masuk sejajar vas deferens ke arah distal,kemudian dideponir lagi masing-masing 3-4 ml,prosedur ini dilakukan sebelah kanan dan kiri.
- Langkah 7. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan kebawah sehingga vas deferens mengarah kebawah kulit.
- Langkah 8. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens, tepat di sebelah distal lingkaran klem dengan sebelah ujung klem diseksi dengan membentuk sudut ±45 derajat. Sewaktu memasukkan vas deferens sebaiknya sampai kena vas deferens; kemudian klem diseksi kemudian ditarik, tutupkan ujung – ujung klem dimasukkan kembali dalam lobang tusukan, searah jalannya vas deferens.
- Langkah 9. Renggangkan ujung klem pelan – pelan. Semua lapisan jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens yang telah telanjang dapat terlihat.
- Langkah 10. Dengan ujung klem yang diseksi menghadap ke bawah, tusukkan salah satu ujung klem ke dinding vas deferens; dan ujung klem diputar menuju arah jarum jam, sehingga ujung klem menghadap ke atas. Ujung klem pelan – pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk memegang vas deferens telah terbuka. Pegang dan fiksasi vas deferens yang sudah telanjang dengan klem fiksasi lepaskan klem yang diseksi.
- Langkah 11. Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya dipisahkan pelan – pelan bawah dengan klem diseksi. Kalau lobang telah cukup luas, lalu klem diseksi dimasukkan ke lobang tersebut. Kemudian buka ujung – ujung klem pelan – pelan parallel dengan arah vas deferens yang diangkat. Diperlukan kira – kira 2 cm vas deferens yang bebas. Vas deferens di-crush secara lunak dengan klem seksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutera 3 – 0.
- Langkah 12. Diantara dua ligasi kira – kira 1 – 1,5 cm vas deferens dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak dipotong. Control perdarahan dan kembalikan putung – putung vas deferens dalam skrotum.
- Langkah 13. Tarik pelan – pelan benang pada putung yang distal. Pegang secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup lobang fasia dengan mengikat sedemikian rupa sehingga putung bagian epididimis tertutup dan putung distal ada diluar fasia.
- Apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tidak tegang, maka benang yang terakhir dapat dipotong dan vas deferens dikembalikan dalam skrotum.
Langkah 14. Lakukanlah tindakan diatas untuk vas deferens sebelah yang lain, melalui luka di garis tengah yang sama. Kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu dijahit hanya diaproksimasikan dengan Band aid atau tensoplas.
KEMUNGKINAN PENYULIT DAN CARA MENGATASINYA
- Perdarahan
Apabila perdarahan sedikit, cukup dengan pengamatan saja, bila banyak, hendaknya dirujuk segera ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Di sini akan dilakukan operasi kembali dengan anastesi umum, membuka luka, mengeluarkan bekuan-bekuan darah dan kemudian mencari sumber perdarahan serta menjepit dan mengikatnya. Setiap keluhan pembengkakan isi skrotum pascavasektomi hendaknya dicurigai sebagai perdarahan dan lakukan pemeriksaan yang seksama. Bekuan darah didalam skrotum yang tidak dikeluarkan akan mengundang kuman – kuman dan menimbulkan infeksi.
- Hematoma
Biasanya terjadi bila daerah skrotum diberi beban yang berlebihan, missal naik sepeda. Duduk terlalu lama dalam kendaraan dengan jalanan yang rusak dan sebagainya.
- Infeksi
Infeksi pada kulit skrotum cukup dengan mengobati menurut prinsip pengobatan luka kulit. Apabila basah, dengan kompres (dengan zat yang tidak merangsang). Apabila kering dengan menggunakan salep antibiotika. Apabila terjadi infiltrat di dalam kulitskrotum di tempat vasektomi sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit. Di sini pasien akan diistirahatkan dengan berbaring, kompres es, pemberian antibiotika, dan pengamatan apabila infiltrate menjadi abses. Mungkin juga terjadi epididimtis, orkitis atau epididimiorkitis. Dalam keadaan seperti ini segera dirujuk, di sini akan dilakukan istirahat baring, kompres es, pemberian antibiotika, dan analgetik.
- Granuloma Sperma
Dapat terjadi pada ujung proksimal vas atau pada epididimis. Gejalanya merupakan benjolan kenyal dan kadang – kadang keluhan nyeri. Granuloma sperma dapat terjadi 1-2 minggu sete;lah vasektomi. Pada keadaan ini dilakukan eksisi granuloma dan mengikat kembali vas deferens. Terjadi pada 0,1-30% kasus
- Antibodi Sperma
Separuh sampai dua pertiga akseptor vasektomi akan membentuk antibody terhadap sperma. Sampai kini tidak pernah terbukti ada penyulit yang disebabkan adanya antibody tersebut.
- Kegagalan Sperma
Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk mengontrol kesuburan pria, namun masih mungkin dijumpai suatu kegagalan.
Vasektomi dianggap gagal bila :
- Pada analisis sperma setelah tiga bulan pascavasektomi atau setelah 15-20 kali ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.
- Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma
- Istri (pasangan) hamil
PERAWATAN DAN PEMERIKSAAN PASCABEDAH VASEKTOMI
Setiap pascatindak pembedahan betapapun kecilnya memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Pada pascatindak bedah vasektomi dianjurkan dilakukan hal – hal sebagai berikut
- Dipersilahkan berbaring selama 15 menit.
- Amati rasa nyeri dan perdarahan pada luka.
- Pasien dapat dipulangkan bila keadaan pasien dan luka operasi baik.
Sebelum pulang berikan nasehat sebagai berikut :
• Perawatan luka, diusahakan agar tetap kering dan jangan sampai sebelum sembuh, karena dapat mengakibatkan infeksi. Pakailah celana dalam yang bersih.
• Segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan, badan panas, nyeri yang hebat, pusing, muntah atau sesak napas.
• Memakan obat yang diberikan yaitu antibiotika profilaktik dan analgetika seperlunya. Jangan bekerja berat/naik sepeda.
• Setelah divasektomi tetap diperbolehkan, bahkan dianjurkan untuk melakukan hubungan seksual dengan istri, namun harus diingat bahwa di dalam saluran mani (pipa- pipa) vas deferens masih terdapat sisa – sisa sperma (bibit), sehingga selam masih ada sisa sperma, sebaiknya suami dan istri tetap menggunakan alat pencegah kehamilan.
Untuk itu kepadansuami diberikan 15 kondom, guna menghindari kehamilan , petugas akan memberi contoh cara pemakaiannya. Setelah air mani keluar 15 kali atau setelah jangka waktu 3 bulan, maka suami diminta memeriksa air maninya dengan maksud meyakinkan bahwa air mani tersebut tidak mengandung bibit-bibit (spermatozoa) lagi.
Untuk keperluan ini, suami diminta menyediakan air mani di dalam botol bersih atau air mani yang ada di dalam kondom dan memeriksanya di laboratorium. Bila sudah pernyataan dari laboratorium bahwa air mani suami tidak mengandung bibit lagi, barulah ia boleh bersenggama tanpa alat pencegah apapun lebih baik bila ia memeriksakan air mani untuk kedua kalinya.
KUNJUNGAN ULANG
Kunjungan ulang dilakukan dengan jadwal sebagai berikut :
• Seminggu sampai dua minggu setelah pembedahan.
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut :
- Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum, adanya demam, rasa nyeri, perdarahan dari bekas operasi, atau alat kelamin.
- Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan umum dan alat genetalia.
• Sebulan setelah operasi
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut:
- Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum, dan sanggama.
- Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan fisik umum dan alat genitalia.
• Tiga bulan dan setahun setelah operasi
Lakukanlah anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut :
- Anamnesis meliputi keadaan kesehatan umum, sanggama, sikap terhadap kontrasepsi mantap, dan keadaan kejiwaan si akseptor.
- Pemeriksaan fisik dengan melakukan pemeriksaan kesehatan umum.
- Lakukan analisa sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau 10 – 12 kali ejakulasi untuk menilai hasil pembedahan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar